Senin, 10 Desember 2012

Motivasi

bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan ..

Jumat, 02 November 2012

MACAPAT

Penulisan Lirik Macapat Jawa

Dalam penulisan lirik macapat jawa, ada 2 cara yang umum yang dilakukan atau disebut juga pemberian pupuh.
1. Pemberian nama (pupuh) dilakukan sebelum penciptaan atau penulisan lirik tembang.
2. Pemberian nama (pupuh) dilakukan dalam larik dengan cara memberikan isyarat tembang atau biasa disebut juga memberikan sasmita.

Pemberian pupuh tembang berupa isyarat atau sasmita biasanya dalam bentuk kata, kelompok kata atau suku kata yang memiliki kesamaan arti atau kemiripan bunyi dalam tembang macapat jawa ini.

Kita ambil contoh kecil, pemberian sasmita pada pupuh tembang sinom atau daun muda, nom (baca : muda), sri nata atau raja (muda).

Pemberian sasmita pada kinanti atau isyarat atau digandeng, kanthi atau dengan, gegendengan atau bergandengan dan mlati atau melati.

Pencantuman Nama Pencipta
Dalam penulisan sastra macapat jawa, penulisan tembang macapat, pemberian atau pencantuman nama pencipta dapat dibagi dalam dua kategori.

Nama pencipta dapat ditulis langsung dengan berterus terang tetapi ada juga yang hanya mencantumkan dengan nama samaran. Ternyata sistem pencantuman nama penulis secara samar atau istilah sekarang ini dengan  'nama pena' sudah dikenal oleh para pujangga jawa masa lalu ratusan tahun lalu. 
Beberapa tembang macapat jawa mencantumkan nama pengarangnya tanpa nama samaran adalah Serat Prana Citra, Serat Cemporet, Serat Wulangreh, Serat Tripama, Serat Aji Pasama, Serat Wirawiyata dan masih banyak lagi lainnya yang tetap menggunakan nama asli penciptanya.

Untuk penulisan nama pencipta secara samar atau biasa disebut menggunakan sandi asma, ada enam teknik yang digunakan pencipta dalam pengindentifikasian karya ciptanya tertulis dengan namanya walaupun secara samar, yaitu :
1. di awal bait tembang
2. di awal larik tembang
3. di awal larik serta pada akhir larik tembang
4. di permulaan penggalan irama tembang
5. di akhir penggalan irama tembang
6. di sebuah larik tembang
Penulisan nama pencipta macapat jawa secara samar atau dengan menggunakan sandi asma tersebut dapat kita temukan pada beberapa karya atau tembang seperti Serat Wirid Sopanalaya, Serat Jayeng, Serat Sabda Pranawa serat Kalatidha, serat Lodhang dan lain-lain.

Penulisan Tanggal Penciptaan
Penulisan penanda waktu atau tanggal penciptaan ada yang memulai di saat penulisan sebagian lagi ada yang menulisnya pada akhir penciptaan.

Penulisan tanggal penciptaan ini biasanya ditampilkankan secara lengkap berdasarkan kalender jawa dengan format hari, tanggal, nama tahun, angka tahun, nama wuku, dan musim. Beberapa tembang macapat jawa malah disertai dengan tanggal dari kalender hijriyah atau kalender islam dan diikuti dengan sengkalan.

Apa itu Macapat Jawa?

Bagi anda yang tidak tahu atau belum mengetahui apa itu macapat jawa, saya akan memberitahukan bahwa macapat jawa adalah puisi dalam sastra jawa yang dinyanyikan sehingga berbentuk tembang.

Selain macapat jawa, kita juga mengenal macapat dengan nama yang lain yang ditemukan dalam kebudayaan Sunda, Bali, Sasak dan Madura.

Beberapa contoh karya sastra Jawa yang dapat dikategorikan sebagai tembang macapat adalah Serat Wedhatama, Serat Wulangreh, serta Serat Kalatidha.

Isi macapat ini lebih banyak berkisah tentang isi lingkungan keraton (baca: kekuasaan) serta hubungan manusia dengan sang pencipta.
Kenapa disebut macapat?
Menurut pujangga Jawa legendaris Ranggawarsita dalam kitab/serat Mardawalagu, macapat adalah singkatan dari ucapan maca dan pat yaitu melagukan nada ke-4 atau maca papat-papat atau membaca empat-empat atau dengan kata lain adalah cara membaca dengan menjalin empat suku kata.

Tembang macapat jawa atau puisi tradisional jawa ini umumnya dibagi menjadi 3 bagian, yaitu tembang gedhe, tembang tengahan dan tembang cilik.

Jika tembang gedhe diadopsi dari kakawin atau tembang jawa kuno, tembang macapat jawa dapat dikategorikan sebagai tembang cilik dan tembang tengahan.
Bahasa apa yang digunakan untuk tembang macapat jawa?
Tembang macapat jawa dengan cepat membumi dan diterima oleh masyarakat jawa karena menggunakan bahasa Jawa, berbeda dengan kakawin yang menggunakan bahasa sansekerta yang tidak dimengerti oleh masyarakat jawa. Dalam tembang macapat jawa ini, perbedaan suku kata pendek dan panjang dapat diabaikan, berbeda dengan bahasa sansekerta yang terlalu menjelimet.

Penggunaannya sebagai puisi tradisional jawa pada masa Mataram Islam, juga mengabaikan panjang-pendeknya suku kata dan merujuk kepada kidung sebagai bahasa Jawa tengahan.
Sejarah macapat Jawa
Tembang macapat jawa ini diduga muncul pada akhir periode Majapahit atau mulainya pengaruh kerajaan Islam Demak sekitar abad ke-16 Masehi atau sekitar tahun 1500-an. Tetapi di Jawa Timur dan Bali, telah muncul kidung Ranggalawe yang ditulis tahun 1334 Masehi atau lebih tua hampir 150 tahun.

Usia macapat jawa jika dibandingkan dengan kakawin, ada yang mengatakan bahwa macapat jawa ini merupakan turunan langsung kakawin dengan tembang gedhe sebagai awalnya tetapi beberapa pihak menyangkal dan berpendapat jika tembang jawa ini malah lebih tua usianya dibanding kakawin sehingga macapat dianggap muncul setelah pengaruh India memudar karena pengaruh islam di tanah jawa.  

Setelah wafatnya Ranggawarsita, isi sastra jawa tidak lagi membicarakan suasana keraton tetapi mendendangkan kehidupan masyarakat awam dengan segala problemanya.

Setelah pemerintahan Belanda membentuk Komisi Bacaan Rakyat atau Commissie Voor de Volksleetuur yang kemudian berubah menjadi Balai Pustaka sampai akhir perang dunia ke-2, sastra jawa yang berlaku adalah sastra jawa modern hingga sekarang.

sumber : http://macapatjawa.blogspot.com/2012/05/penulisan-lirik-macapat-jawa.html#!/2012/05/penulisan-lirik-macapat-jawa.html

twitter

follow my twitter @miss_intun :)

PUISI SAHABAT

Puisi Sahabat Sahabat adalah teman di saat kita membutuhkan tempat untuk bersandar Sahabat adalah tempat untuk kita membuang segala sedih dan duka Sahabat adalah tempat dimana kita membutuhkan tempat untuk berdua Sahabat adalah segalanya saat kita bersamanya Sahabat yang baik adalah sahabat yang mengerti akan hidup kita Sahabat adalah orang yang rela berkorban untuk kita Sahabat adalah orang yang menghargai setiap pendapat yang kita punya Sahabat adalah tempat untuk segalanya Saat kita kehilangan sahabat orang pertama yang harus kita cari adalah TUHAN Saat kita dihianati oleh sahabat janganlah kita kecewa Saat kita ingin berbagi bersama sahabat mengertilah dia apaadanya Sahabat yang paling terbaik adalah TUHAN